1. Judul
Buku : Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Penulis : Dra. Desmita, M.Si
Tahun Terbit
: 2010
Penerbit
: PT Remaja Rosdakarya
Tempat terbit :
Bandung
Jumlah Halaman
: 314 halaman
Psikologi perkembangan anak sebgai
peserta didik tidak hanya menjadi tanggung jawab dari seorang guru saja, namun
terdapat kewajiban orang tua dalam membina dan menuntun perkembangan psikologi
anak, baik dalam masa pendidikan maupun masa pra pendidikan. Dalam masa
pendidikan pun, perkembangan psikologi anak dapat dibagi menjadi tiga yaitu
Masa Usia SD, SMP dan SMA.
Didalam buku ini, mengandung sebuah
pembelajaran terhadap guru maupun orang tua agar mampu mengenal dan memahami
tingkat perkembangan peserta didik sesuai dengan masa usia dari SD, SMP dan
SMA. Hal ini penting dikarenakan tiap tingkatan pendidikan memiliki masalah
psikologi khusus yang penanganannya juga memiliki karakteristik tersendiri. Memudahkan
pembelajaran bagi murid adalah tugas utama guru. Untuk itu, guru tidak saja
dituntut membuat suasana pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan, tetapi
juga harus mampu menciptakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
psikologis masing-masing murid. Di sini, guru hendaknya benar-benar mengetahui
psikologi perkembangan tiap anak didik yang menjadi subjek sekaligus objek
pendidikan.
Memang pendidikan bukanlah melulu
penerapan teori belajar mengajar di ruang kelas. Pendidikan merupakan ikhtiar
yang kompleks guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa. Itu
sebabnya, ketepatan memilih metode dan pendekatan merupakan satu keniscayaan
dalam sukses tidaknya guru mengantarkan murid menjadi generasi yang dapat
diandalkan dan dibanggakan.
Dahulu, orang menyangka bahwa mengajar
sebenarnya tidak lebih dari memindahkan isi kepala seorang guru kepada kepala
seorang atau beberapa murid. Dengan begitu, terjadilah proses belajar. Namun
kemudian, kajian-kajian dalam psikologi menunjukkan tidak sesederhana itu.
Seorang guru tidak cukup hanya menguasai ilmu yang akan ditularkannya,
melainkan juga dituntut memahami kondisi psikologis anak didik yang
dihadapinya.
Di sini seorang guru perlu menggunakan
metode dan pendekatan pembelajaran yang tidak saja membuat proses pembelajaran
nyaman, tapi juga memberikan ruang bagi murid untuk berkreativitas dan terlibat
aktif sepanjang proses pembelajaran. Sehingga aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik murid pun dapat berkembang maksimal secara bersamaan tanpa
mengalami pendistorsian salah satunya.
Kiranya itulah hajat buku Psikologi
Perkembangan Peserta Didik ini diterbitkan. Penulisnya tidak hanya mampu
mendeskripsikan secara lugas dan mendalam seputar karakteristik anak didik,
tapi juga mampu menjelaskan secara detil pelbagai metode dan pendekatan
pembelajaran yang cocok sesuai tingkat perkembangan psikologis masing-masing
anak didik tersebut.
Bab
I buku ini menyajikan makna psikologi perkembangan peserta
didik dengan memeberikan pengertian, tujuan dan manfaat psikologi perkembangan
peserta didik. Adapun pengertian psikologi perkembangan peserta didik adalah
bidang kajian psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek –
aspek perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah dasar dan
menengah dengan salah satu tujuannya adalah memberikan, mengukur dan
menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang
sesuai dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri – ciri universal, dalam
artian yang berlaku bagi anak anak dimana saja dan dalam lingkungan
sosial-budaya mana saja.
Manfaat mempelajari perkembangan
peserta didik salah satunya adalah dengan pengetahuan tentang perkembangan
peserta didik, seorang guru atau orang tua dapat memberikan harapan yang
realistis terhadap anak dan remaja. Ini penting dikarenakan jika terlalu banyak
yang diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan mengembangkan
perasaan tidak amampu jika ia tidak mencapai standar yang ditetapkan oleh guru,
maksudnya agar orang tua dan guru mampu memahami kekhasan setiap anak dengan
tingkat perkembangan psikologi yang dimiliki masing – masing individu.
Bab
II membahas beberapa konsep dasar perkembagan peserta
didik. Didalam perkembangan peserta didik, terdapat beberapa konsep dasar
perkembangan peserta didik antara lain hakikat perkembangan yang meliputi
beberapa aspek antara lain perkembangan. Perkembangan tidak terbatas kepada
pengertian pertumbuhan yang semakin membesar. Melainkan didalamnya juga
terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat
tetap dari fungsi fungsi jasmaniah dan rohaniah, yang dimiliki individu menuju
ke tahap kematangan melalui pertumbuhan pemasakan dan belajar.
Pertumbuhan sebagai konsep perkembangan
merujuk kepada perubahan yang bersifat kuantitatif. Hakikat perkembangan
mencakup juga kematangan yang sebenarnya merupakan suatu potensiyang dibawa
oleh individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut
mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Perkembangan mengandung
perubahan , tetapi bukan berarti perkembangan. Perubahan didalam perkembangan
bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana
ia hidup.
Konsep lain didalam perkembangan peserta didik adalah Hukum - Hukum
perkembangan antara lain
·
Hukum
Kesatuan Organis,
·
Hukum Tempo Perkembangan,
·
Hukum Irama ( Ritme) Perkembangan, Hukum Masa
Peka,
·
Hukum
Rekapitulasi,
·
Hukum Mempertahankan Diri dan Mengembangkan
Diri,
·
Hukum
Predistinasi.
Konsep dasar berikutnya adalah fase –
fase perkembangan yang dibagi menjadi lima yaitu
·
periodisasi
perkembangan berdasarkan ciri – ciri biologis,
·
periodisasi
perkembangan berdasarkan konsep didaktif,
·
periodisasi
perkembangan berdasarkan cirri – cirri psikologis,
·
periodisasi
perkembangan berdasarkan konsep
·
periodisasi
perkembangan berdasarkan tugas perkembangan dan konsep islam
Konsep dasar yang ketiga adalah factor –
factor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik antara lain dari dalam
individu antara lain bakat atau pembawaan, sifat – sifat keturunan, dorongan
dan instink. Factor dari luar individu
antar lain makanan, iklim, kebudayaan , ekonomi, serta kedudukan anak dalam
lingkungan keluarga. Dari factor umum
yang sering terjadi berasal dari intelegensi, jenis kelamin, kelenjar gondok,
kesehatan dan ras. . Konsep dasar yang keempat dan kelima adalah gambaran umum
tentang aspek – aspek perkembangan peserta didik berupa fisik, kognitif dan psikososial. Yang terakhir adalah karakteristik umum perkembangan peserta didik
yang terbagi menjadi karakter usia SD, SMP dan SMA.
Pada Bab III , setelah memamahami
konsep dasar perkembangan peserta didik maka dijabarkan pula masalah variasi
variasi individual peserta didik. Dalam pemahamannya, untuk mengetahu variasi
variasi yang menjadi cirri dari masing masing individu diberikan pemaham dulu
mengenai pengertian dari peserta didik itu sendiri. Peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Adapun teori –
teori tentang hakikat peserta didik adalah teori psikodonomika (Sigmun
Freud), teori behaviouristik (John B.
Watson), teori humanistic (Carla Rogers dan Abraham Maslow) dan terakhir teori psikologi transpersonal (
S.I. Shapiro dan Denise H. Lajoie). Pemahaman peserta didik sebagai makhluk
individual juga berperan dalam memahami variasi individual peserta didik
ditambah dengan pemahaman perbedaan peserta didik meliputi perbedaan
fisik-motorik, inteligensi, kecakapan bahasa, dan psikologis. Barulah kemudian
dijelaskan pemahaman tentang karakteristik masing masing individu beserta
pengaruhnya terhadap pendidikan.
Bab
IV membahas mengenai
kebutuhan peserta didik. Berdasarkan teori Mc Clelland ada tiga kebutuhan
manusia yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan untuk berkuasa dan kebutuhan
untuk berafiliasi yang diartikan keinginan untuk berhubungan dan menjalin
hubungan dengan orang lain.
Kebutuhan dasar manusia akan membawa
motivasi untuk manusia mememnuhi kebutuhan dirinya. Motivasi tersebut menurut
Maslow dibedakan menjadi 2 kategori yaitu motif kekurangan (deficit motive) dan
motif untuk pertumbuhan (metaneeds). Kebutuhan - kebutuhan manusia itu juga
mendasari kebutuhan peserta didik dan implikasinya terhadap pendidikan
diantaranya kebutuhan jasmaniah, rasa aman, kasih saying, penghargaan, rasa
bebas, dimana rasa sukses. Dari kebutuhan - kebutuhan peserta didik tersebut,
pendidik atau guru wajib memperhatikan kesemuanya dikarenakan pengamatan hal
tersebut akan menunjang pembelajaran disekolah.
Bab
V membahas perkembangan
fisik peserta. Perkembangan fisik peserta didik memiliki beberapa karakteristik
antara lain perbedaan keadaan berat dan tinggi badan anak usia sekolah dengan yang mempengaruhi perlakuan
guru terhadap mereka. Masa pubertas yaitu tahap dimana anak menuju masa
kedewesaan pada usia 10-14 tahun juga membuat karakter tersendiri yaitu
ditandai dengan berbagai gejolak psikologis dan psikis. Masa pubertas ini patut
diwaspadai karena berpengaruh besar pada perkembangan tubuh.
Perubahan fisik, proporsi tubuh serta
kematangan seksual berdampak pada perkembangan fisik yang berpengaruh kepada
psikologis peserta didk. Ditambah dengan perkembangan motorik anak usia sekolah
yang cenderung cepat sehingga bepengaruh terhadap karakter peserta didik.
Peserta didik pada usia sekolah berada didalam masa pubertas yaitu tahapan
menuju tingkat kedewasaan. Pada masa ini peserta didik akan dibimbing dan
ditempa dengan berbagai pengalaman untuk membentuk individu dengan tingkat
perkembangan fisik dan perkembangan mental yang cukup untuk dikatakan dewasa.
Perkembangan fisik sendiri masih
menjadi perdebatan tentang isu nature atau nurture . disinilah ahli berdebat
tentang factor dominan perkembangan apakh dikarenakan gen yang didapat dari
orang tua yang diwariskan kepada dirinya atau dikarenakan pengaruh lingkungan
tempat peserta didik tumbuh dan berkembang. Namun terdapat sebuah generalisasi
bahwa kedua isu mendapat peran yang penting karena implikasinya terhadap
pendidikan. Guru harus menyikapi beberapa hal dalam perkembangan yaitu memahami
dan menghargai perbedaan individual anak, menyadari bahwa sebenarnya factor
lingkungan sangat mempengaruhi setiap aspek perkembangan dan mendorong siswa
menentukan pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.
Selain perkembangan fisik,
perkembangan otak sebagai pusat sentral segala aktivitas di tubuh manusia juga
harus mendapat perhatian. Otak adalah pengatur segala aktivitas sadar maupun
non sadar tubuh yang mulai berkembang sejak dimasa kehamilan. Untuk itulah
perkembangan otak sudah mulai harus diperhatikan oleh orang tua sejak masa
kehamilan. Dalam implikasinya terhadap pendidikan, seorang guru dituntut untuk
tidak menjejalkan secara paksa pengetahuan kedalam otak peserta. Cara tersebut
justru akan mematikan kecerdasan otak. Dengan pendekatan yang lembut dengan
metode yang lebih menitikberatkan melatih kemampuan otak untuk berpikir keratif
menggali pengetahuan sendiri dengan bimbingan guru secara perlahan tentunya
akan lebih baik.
Bab
VI menjelaskan
tentang perkembangan kognitif peserta didik. Perkembangan kognitif adalah
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan memecahkan
masalah. Menurut piaget terdapat beberapa ide mengenai perkembangan kognitif
antara lain :
·
anak
adalah pembelajar yang aktif
·
anak
mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalaman
·
anak
menyeseuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi
·
proses
ekuilibrasi menunjukan adanya peningkatan kea rah bentuk bentuk pemikiran yang
lebih komplek.
Ide ide tersebut berkembang dengan
beberapa tahapan dimulai dari sensorimotor, pra-operasional,
konkret-operasional dan operasional formal. Ke empat tahapan tersebut akan
membentuk karakter siswa yang berbeda satu dengan yang lain disesuaikan dengan
usia peserta didik.
Teori Piaget sendiri mempunyai kelemahan yaitu tidak memperhatikan
perbedaan atau variasi individual pada anak dalam pendeskripsian tahapan
perkembangan peserta didik. Didalam penelitian ditemukan bahwa tidak semua
remaja pada tahap operasional formal mampu menggunakan pemikiran tersebut yang
didasari pada akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh remaja di
masa hidupnya. Termasuk kedalamnya adalah perkembangan aspek kognitif yaitu
perkembangan persepsi, perkembangan atensi (perhatian).
Namun dengan beberapa kelemahan, teori
piaget memiliki implikasi yang sangat besar terhadap dunia pendidikan antara
lain :
·
memberikan
peserta didik melakukan eksperimen terhadap objek dan fenomena alam
·
mengeksplorasi
kemampuan penalaran siswa dalam pemecahan masalah
·
sebagai
acuan dalam menginterpretasikan tingkah laku siswa dan mengembangkan rencana pelajaran.
·
Sebagai
petunjuk bagi para guru dalam memilih strategi pembelajaran yang lebih efektif
·
Merancang
aktivitas kelompok dimana siswa berbagi pandangan dengan siswa yang lain.
Bab
VIII membahas
perkembangan keterampilan kognitif meliputi kemampuan metakognitif yang
diartikan sebagai proses kognisi atau, pengetahuan tentang pikiran dan cara
kerjanya. Dalam keterampilan kognitif terdapat strategi kognitif yang merupakan
kecakapan penting yang harus dimiliki peserta didik. Strategi kognitif adalah
kemampuan internal yang terorgnaisasi yang dapat membantu siswa dalam proses
belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Ada
beberapa jenis stratgei kognitif antara lain :
·
Chunking
, menorganisasikan materi secara sistematis
·
Spatial
, menunjukkan hubungan antara satu hal dengan hal yang lain
·
Multipurpose,
dapat digunakan untuk berbagai tujuan
Dengan implikasi terhadap pendidikan
adalah peserta didik harus mampu memiliki dan mengembangkan kemampuan
metakognisi dan strategi kognisi dengan guru berperan dalam mengembangkan hal
tersebut dengan langkah – langkah :
1.
Guru
harus mengajarkan dan menganjurkan peserta didik untuk menggunakan stratgei
belajar yang sesuai
2. Memberikan pelatihan tentang strategi
belajar, kapan, dan bagaimana menggunakan strategi\
3. Identifikasi situasi dimana suatu
strategi mungkin dapat dilakukan
4. Menunjukkan strategi belajar yang
paling efektif
Terdapat sebuah ide baru didalam
psikologi perkembangan dan pendidikan yaitu Gaya Kognitif. Gaya kognitif adalah
bagian dari gaya belajar, yakni sifat sifat fisiologis, kognitif dan afektif
yang relative tetap, yang menggambarkan peserta didik dalam menerima,
berinteraksi dan merespons lingkungan belajar atau semacam kecenderungan umum,
sengaja atau tidak, dalam memproses informasi dengan menggunakan cara tertentu.
Tipe gaya kogniitif sendiri dua yaitu Gaya Impulsif fan Reflektif, gaya Field
Dependence dan independence.
Pemikiran
kritis siswa juga mulai tumbuh di masa sekolah dengan mulai berpikir logis,
reflektif dan produktif yang diaplikasikan dalam situasi tertentu.
Karakteristik dari pikiran kritis ini adalah kemampuan untuk menarik
kesimpulan, kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi, kemampuan berpikir secara
deduktif , kemampuan untuk membuat interpretasi yang logis, dan kemampuan untuk
mengevaluasi mana argumentasi yang kuat fan tidak. Kemampuan ini berperan
sangat penting dalam pendidikan dimana disinilah diasah kemampuan menganalisa
suatu problematika sesuai dengan pandangan hidupnya.
Bab
IX
membahas tentang perkembangan konsep diri yang diartikan sebagai suatu
pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Perbedaan konsep diri
dan harga diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif
dan negative. Dalam konsep diri terdapat beberapa dimensi antara lain harapan,
pengetahuan dan penilaian yang berpengaruh nanti dengan perilaku, prastasi
belajar,
Karakteristik konsep diri dibedakan
menjadi beberapa karakter sesuai dengan usia antara lain karakter konsep diri
anak usia sekolah, karakteristik konsep diri remaja, yang harus diingat oleh
guru adalah impilkasi konsep diri terhadap pendidikan yaitu dengan memberikan
ruang yang sebesar besarnya kepada siswa untuk mengembangkan konsep dirinya
serta mempu mendorong dan membantu siswa menemukan realitas konsep diri yang
sebenarnya.
Bab
X
membahas mengenai perkembangan kemandirian dan penyesuaian peserta didik.
Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan
manusia. Pengembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan fisik yang
pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif
yang dapat memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari
tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang
tua dan aktivitas individu.
Secara spesifik, masalah kemandirian
menutnut suatu kesiapan individu baik kesiapan fisik, maupun emosional untuk
mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa
menggantungkan diri terhadap orang tua.
Kemandirian muncul dan berfungsi
ketika peserta didik menemukan diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat
kepercayaan diri. Menurut Steinberg (1993), kemandirian berbeda dengan tidak
tergantung, karena tidak tergantung merupakan bagian dari kemandirian.
Bab
XI
memuat Perkembangan Resiliensi peserta didik. Resiliensi adalah kemampuan atau
kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang
memungkinkannya untuk menghadapi dan mencegah, menimimalkan dan bahkan
menghilangkan dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan.
Paradigma resiliensi sendiri didasari pada pandngan kontempore yang muncul
tentang bagaimana anak keluar dari kondisi stress, trauma dan resiko dalam
kehidupan mereka.
Dalam pengembangannya terdapat
beberapa tahap yang dilalui antara lain :
·
Increase
bonding
·
Set
clear and consisten boundaries
·
Teach
life skils
·
Provide
caring and support
·
Set
and communicate high expectations
·
Provide
opportunities for meaningful participation
Bab
XII membahas perkembangan hubungan interpersonal peserta
didik yang diartikan sebagai hubungan antar pribadi. Peserta didik sebagai
pribadi yang unik adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, peserta didik senantiasa melakukan interaksi sosial dengan
orang lain. Interaksi sosial jadi factor
utama dalam hubungan interpersonal antara dua orang atau lebih yang saling
mempengaruhi. Menurut Knapp (1984), interaksi sosial dapat menyebabkan seseorang
menjadi dekat dan merasakan kebersamaan, namun sebaliknya dapat pula membuat
orang menjadi jauh dan tersisih dari
suatu hubungan.
Pada awalnya, peserta didik menjalin hubungan
interpersonal dengan keluarganya, terutama dengan orang tuanya. Kemudian seiring
dengan perkembangan lingkungan sosial meningkat menjadi interaksi yang lebih
luas seperti sekolah dengan teman sebayanya.
Bab
XIV memuat
Perkembangan Moral dan Spritual. Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan
konvensi mengenai apa yang seharusanya dilakukan oleh manusia dalam
berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan moral dapat dianalisa dengan
berbagai teori psikoanalisa antara lain Teori Belajar Sosial, Teori Kognitif
Piaget, dan teori Kohlberg.
Perkembangan spiritual beperan dalam
sebuah perkembangan peserta didik. Dalam psikologi kontemporer, psikologi
humanistic dan psikologi trans personal mempunyai perhatian yang mendalam
terhadap spiritualitas. Termasuk dimensi dimensi spiritualitas antara lain
meaning, relationship, misteri, konsep tentang ketuhanan, pengalaman, perbuatan
atau permainan dan integrasi. Dengan dimensi tersebut terdapat karakter
perkembangan spiritualits. Ada teori perkembangan spiritual fowler, menjelaskan
tentang perbedaan perkembangan spiritualitas anak usia sekolah dengan remaja
dann implikasinya terhadap pendidikan.
Bab
XV adalah problem
stress dalam perkembangan peserta didik mencakup fenomena stress yang kerap
melanda peserta didik diakibatkan tuntutan fisik, tuntutan tugas, tuntutan
peran dan tuntutan interpersonal. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi stress
pada peserta didik adalah dengan menciptakan
iklim sekolah yang kondusif, melaksanakan program pelatihan
penanggulangan stress dan mengembang resiliensi peserta didik. Mengapa perlu,
ini dikarenakan dampak yang ditimbulkan sangat besar antara lain terjadi
penentangan terhadap guru, anak merasa cemas di sekolah, dan menggangu prestasi
belajar siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar