Sabtu, 30 Juni 2012

Resensi buku psikologi pendidikan


1.                              Judul Buku                                       : Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Penulis                                              : Dra. Desmita, M.Si
Tahun Terbit                                   : 2010
Penerbit                                            : PT Remaja Rosdakarya
Tempat terbit                                  : Bandung
Jumlah Halaman                            : 314 halaman

Psikologi perkembangan anak sebgai peserta didik tidak hanya menjadi tanggung jawab dari seorang guru saja, namun terdapat kewajiban orang tua dalam membina dan menuntun perkembangan psikologi anak, baik dalam masa pendidikan maupun masa pra pendidikan. Dalam masa pendidikan pun, perkembangan psikologi anak dapat dibagi menjadi tiga yaitu Masa Usia SD, SMP dan SMA.
Didalam buku ini, mengandung sebuah pembelajaran terhadap guru maupun orang tua agar mampu mengenal dan memahami tingkat perkembangan peserta didik sesuai dengan masa usia dari SD, SMP dan SMA. Hal ini penting dikarenakan tiap tingkatan pendidikan memiliki masalah psikologi khusus yang penanganannya juga memiliki karakteristik tersendiri. Memudahkan pembelajaran bagi murid adalah tugas utama guru. Untuk itu, guru tidak saja dituntut membuat suasana pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan, tetapi juga harus mampu menciptakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi psikologis masing-masing murid. Di sini, guru hendaknya benar-benar mengetahui psikologi perkembangan tiap anak didik yang menjadi subjek sekaligus objek pendidikan.
Memang pendidikan bukanlah melulu penerapan teori belajar mengajar di ruang kelas. Pendidikan merupakan ikhtiar yang kompleks guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa. Itu sebabnya, ketepatan memilih metode dan pendekatan merupakan satu keniscayaan dalam sukses tidaknya guru mengantarkan murid menjadi generasi yang dapat diandalkan dan dibanggakan.
Dahulu, orang menyangka bahwa mengajar sebenarnya tidak lebih dari memindahkan isi kepala seorang guru kepada kepala seorang atau beberapa murid. Dengan begitu, terjadilah proses belajar. Namun kemudian, kajian-kajian dalam psikologi menunjukkan tidak sesederhana itu. Seorang guru tidak cukup hanya menguasai ilmu yang akan ditularkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi psikologis anak didik yang dihadapinya.
Di sini seorang guru perlu menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran yang tidak saja membuat proses pembelajaran nyaman, tapi juga memberikan ruang bagi murid untuk berkreativitas dan terlibat aktif sepanjang proses pembelajaran. Sehingga aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik murid pun dapat berkembang maksimal secara bersamaan tanpa mengalami pendistorsian salah satunya.
Kiranya itulah hajat buku Psikologi Perkembangan Peserta Didik ini diterbitkan. Penulisnya tidak hanya mampu mendeskripsikan secara lugas dan mendalam seputar karakteristik anak didik, tapi juga mampu menjelaskan secara detil pelbagai metode dan pendekatan pembelajaran yang cocok sesuai tingkat perkembangan psikologis masing-masing anak didik tersebut.
Bab  I buku ini menyajikan makna psikologi perkembangan peserta didik dengan memeberikan pengertian, tujuan dan manfaat psikologi perkembangan peserta didik. Adapun pengertian psikologi perkembangan peserta didik adalah bidang kajian psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek – aspek perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah dasar dan menengah dengan salah satu tujuannya adalah memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri – ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak anak dimana saja dan dalam lingkungan sosial-budaya mana saja.
Manfaat mempelajari perkembangan peserta didik salah satunya adalah dengan pengetahuan tentang perkembangan peserta didik, seorang guru atau orang tua dapat memberikan harapan yang realistis terhadap anak dan remaja. Ini penting dikarenakan jika terlalu banyak yang diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan mengembangkan perasaan tidak amampu jika ia tidak mencapai standar yang ditetapkan oleh guru, maksudnya agar orang tua dan guru mampu memahami kekhasan setiap anak dengan tingkat perkembangan psikologi yang dimiliki masing – masing individu.
Bab  II membahas beberapa konsep dasar perkembagan peserta didik. Didalam perkembangan peserta didik, terdapat beberapa konsep dasar perkembangan peserta didik antara lain hakikat perkembangan yang meliputi beberapa aspek antara lain perkembangan. Perkembangan tidak terbatas kepada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar. Melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi fungsi jasmaniah dan rohaniah, yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan pemasakan dan belajar.



 Pertumbuhan sebagai konsep perkembangan merujuk kepada perubahan yang bersifat kuantitatif. Hakikat perkembangan mencakup juga kematangan yang sebenarnya merupakan suatu potensiyang dibawa oleh individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Perkembangan mengandung perubahan , tetapi bukan berarti perkembangan. Perubahan didalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup.
  Konsep lain didalam perkembangan peserta didik adalah Hukum - Hukum perkembangan antara lain
·         Hukum Kesatuan Organis,
·          Hukum Tempo Perkembangan,
·          Hukum Irama ( Ritme) Perkembangan, Hukum Masa Peka,
·         Hukum Rekapitulasi,
·          Hukum Mempertahankan Diri dan Mengembangkan Diri, 
·         Hukum Predistinasi.
Konsep dasar berikutnya adalah fase – fase perkembangan yang dibagi menjadi lima yaitu
·         periodisasi perkembangan berdasarkan ciri – ciri biologis,
·         periodisasi perkembangan berdasarkan konsep didaktif,
·         periodisasi perkembangan berdasarkan cirri – cirri psikologis,
·         periodisasi perkembangan berdasarkan konsep
·         periodisasi perkembangan berdasarkan tugas perkembangan dan konsep islam
 Konsep dasar yang ketiga adalah factor – factor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik antara lain dari dalam individu antara lain bakat atau pembawaan, sifat – sifat keturunan, dorongan dan instink. Factor  dari luar individu antar lain makanan, iklim, kebudayaan , ekonomi, serta kedudukan anak dalam lingkungan keluarga. Dari  factor umum yang sering terjadi berasal dari intelegensi, jenis kelamin, kelenjar gondok, kesehatan dan ras. . Konsep dasar yang keempat dan kelima adalah gambaran umum tentang aspek – aspek perkembangan peserta didik berupa fisik, kognitif  dan psikososial. Yang terakhir adalah  karakteristik umum perkembangan peserta didik yang terbagi menjadi karakter usia SD, SMP dan SMA.

Pada Bab  III , setelah memamahami konsep dasar perkembangan peserta didik maka dijabarkan pula masalah variasi variasi individual peserta didik. Dalam pemahamannya, untuk mengetahu variasi variasi yang menjadi cirri dari masing masing individu diberikan pemaham dulu mengenai pengertian dari peserta didik itu sendiri. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 
Adapun teori  –  teori tentang hakikat peserta didik adalah teori psikodonomika (Sigmun Freud), teori  behaviouristik (John B. Watson), teori humanistic (Carla Rogers dan Abraham Maslow)  dan terakhir teori psikologi transpersonal ( S.I. Shapiro dan Denise H. Lajoie). Pemahaman peserta didik sebagai makhluk individual juga berperan dalam memahami variasi individual peserta didik ditambah dengan pemahaman perbedaan peserta didik meliputi perbedaan fisik-motorik, inteligensi, kecakapan bahasa, dan psikologis. Barulah kemudian dijelaskan pemahaman tentang karakteristik masing masing individu beserta pengaruhnya  terhadap pendidikan. 
Bab  IV  membahas mengenai kebutuhan peserta didik. Berdasarkan teori Mc Clelland ada tiga kebutuhan manusia yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan untuk berkuasa dan kebutuhan untuk berafiliasi yang diartikan keinginan untuk berhubungan dan menjalin hubungan dengan orang lain.
Kebutuhan dasar manusia akan membawa motivasi untuk manusia mememnuhi kebutuhan dirinya. Motivasi tersebut menurut Maslow dibedakan menjadi 2 kategori yaitu motif kekurangan (deficit motive) dan motif untuk pertumbuhan (metaneeds). Kebutuhan - kebutuhan manusia itu juga mendasari kebutuhan peserta didik dan implikasinya terhadap pendidikan diantaranya kebutuhan jasmaniah, rasa aman, kasih saying, penghargaan, rasa bebas, dimana rasa sukses. Dari kebutuhan - kebutuhan peserta didik tersebut, pendidik atau guru wajib memperhatikan kesemuanya dikarenakan pengamatan hal tersebut akan menunjang pembelajaran disekolah.
Bab V membahas perkembangan fisik peserta. Perkembangan fisik peserta didik memiliki beberapa karakteristik antara lain perbedaan keadaan berat dan tinggi badan anak usia  sekolah dengan yang mempengaruhi perlakuan guru terhadap mereka. Masa pubertas yaitu tahap dimana anak menuju masa kedewesaan pada usia 10-14 tahun juga membuat karakter tersendiri yaitu ditandai dengan berbagai gejolak psikologis dan psikis. Masa pubertas ini patut diwaspadai karena berpengaruh besar pada perkembangan tubuh.

Perubahan fisik, proporsi tubuh serta kematangan seksual berdampak pada perkembangan fisik yang berpengaruh kepada psikologis peserta didk. Ditambah dengan perkembangan motorik anak usia sekolah yang cenderung cepat sehingga bepengaruh terhadap karakter peserta didik. Peserta didik pada usia sekolah berada didalam masa pubertas yaitu tahapan menuju tingkat kedewasaan. Pada masa ini peserta didik akan dibimbing dan ditempa dengan berbagai pengalaman untuk membentuk individu dengan tingkat perkembangan fisik dan perkembangan mental yang cukup untuk dikatakan dewasa.
Perkembangan fisik sendiri masih menjadi perdebatan tentang isu nature atau nurture . disinilah ahli berdebat tentang factor dominan perkembangan apakh dikarenakan gen yang didapat dari orang tua yang diwariskan kepada dirinya atau dikarenakan pengaruh lingkungan tempat peserta didik tumbuh dan berkembang. Namun terdapat sebuah generalisasi bahwa kedua isu mendapat peran yang penting karena implikasinya terhadap pendidikan. Guru harus menyikapi beberapa hal dalam perkembangan yaitu memahami dan menghargai perbedaan individual anak, menyadari bahwa sebenarnya factor lingkungan sangat mempengaruhi setiap aspek perkembangan dan mendorong siswa menentukan pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.
Selain perkembangan fisik, perkembangan otak sebagai pusat sentral segala aktivitas di tubuh manusia juga harus mendapat perhatian. Otak adalah pengatur segala aktivitas sadar maupun non sadar tubuh yang mulai berkembang sejak dimasa kehamilan. Untuk itulah perkembangan otak sudah mulai harus diperhatikan oleh orang tua sejak masa kehamilan. Dalam implikasinya terhadap pendidikan, seorang guru dituntut untuk tidak menjejalkan secara paksa pengetahuan kedalam otak peserta. Cara tersebut justru akan mematikan kecerdasan otak. Dengan pendekatan yang lembut dengan metode yang lebih menitikberatkan melatih kemampuan otak untuk berpikir keratif menggali pengetahuan sendiri dengan bimbingan guru secara perlahan tentunya akan lebih baik.








Bab VI menjelaskan tentang perkembangan kognitif peserta didik. Perkembangan kognitif adalah kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan memecahkan masalah. Menurut piaget terdapat beberapa ide mengenai perkembangan kognitif antara lain :
·         anak adalah pembelajar yang aktif
·         anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalaman
·         anak menyeseuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi
·         proses ekuilibrasi menunjukan adanya peningkatan kea rah bentuk bentuk pemikiran yang lebih komplek.
Ide ide tersebut berkembang dengan beberapa tahapan dimulai dari sensorimotor, pra-operasional, konkret-operasional dan operasional formal. Ke empat tahapan tersebut akan membentuk karakter siswa yang berbeda satu dengan yang lain disesuaikan dengan usia peserta didik.
Teori Piaget sendiri  mempunyai kelemahan yaitu tidak memperhatikan perbedaan atau variasi individual pada anak dalam pendeskripsian tahapan perkembangan peserta didik. Didalam penelitian ditemukan bahwa tidak semua remaja pada tahap operasional formal mampu menggunakan pemikiran tersebut yang didasari pada akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh remaja di masa hidupnya. Termasuk kedalamnya adalah perkembangan aspek kognitif yaitu perkembangan persepsi, perkembangan atensi (perhatian).
Namun dengan beberapa kelemahan, teori piaget memiliki implikasi yang sangat besar terhadap dunia pendidikan antara lain :
·         memberikan peserta didik melakukan eksperimen terhadap objek dan fenomena alam
·         mengeksplorasi kemampuan penalaran siswa dalam pemecahan masalah
·         sebagai acuan dalam menginterpretasikan tingkah laku siswa  dan mengembangkan rencana pelajaran.
·         Sebagai petunjuk bagi para guru dalam memilih strategi pembelajaran  yang lebih efektif
·         Merancang aktivitas kelompok dimana siswa berbagi pandangan dengan siswa yang lain.


Bab VIII membahas perkembangan keterampilan kognitif meliputi kemampuan metakognitif yang diartikan sebagai proses kognisi atau, pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Dalam keterampilan kognitif terdapat strategi kognitif yang merupakan kecakapan penting yang harus dimiliki peserta didik. Strategi kognitif adalah kemampuan internal yang terorgnaisasi yang dapat membantu siswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Ada beberapa jenis stratgei kognitif antara lain :
·         Chunking , menorganisasikan materi secara sistematis
·         Spatial , menunjukkan hubungan antara satu hal dengan hal yang lain
·         Multipurpose, dapat digunakan untuk berbagai tujuan
Dengan implikasi terhadap pendidikan adalah peserta didik harus mampu memiliki dan mengembangkan kemampuan metakognisi dan strategi kognisi dengan guru berperan dalam mengembangkan hal tersebut dengan langkah – langkah :
1.        Guru harus mengajarkan dan menganjurkan peserta didik untuk menggunakan stratgei belajar yang sesuai
2.      Memberikan pelatihan tentang strategi belajar, kapan, dan bagaimana menggunakan strategi\
3.       Identifikasi situasi dimana suatu strategi mungkin dapat dilakukan
4.      Menunjukkan strategi belajar yang paling efektif
Terdapat sebuah ide baru didalam psikologi perkembangan dan pendidikan yaitu Gaya Kognitif. Gaya kognitif adalah bagian dari gaya belajar, yakni sifat sifat fisiologis, kognitif dan afektif yang relative tetap, yang menggambarkan peserta didik dalam menerima, berinteraksi dan merespons lingkungan belajar atau semacam kecenderungan umum, sengaja atau tidak, dalam memproses informasi dengan menggunakan cara tertentu. Tipe gaya kogniitif sendiri dua yaitu Gaya Impulsif fan Reflektif, gaya Field Dependence dan independence.
            Pemikiran kritis siswa juga mulai tumbuh di masa sekolah dengan mulai berpikir logis, reflektif dan produktif yang diaplikasikan dalam situasi tertentu. Karakteristik dari pikiran kritis ini adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan, kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi, kemampuan berpikir secara deduktif , kemampuan untuk membuat interpretasi yang logis, dan kemampuan untuk mengevaluasi mana argumentasi yang kuat fan tidak. Kemampuan ini berperan sangat penting dalam pendidikan dimana disinilah diasah kemampuan menganalisa suatu problematika sesuai dengan pandangan hidupnya.

Bab  IX membahas tentang perkembangan konsep diri yang diartikan sebagai suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Perbedaan konsep diri dan harga diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif dan negative. Dalam konsep diri terdapat beberapa dimensi antara lain harapan, pengetahuan dan penilaian yang berpengaruh nanti dengan perilaku, prastasi belajar,
Karakteristik konsep diri dibedakan menjadi beberapa karakter sesuai dengan usia antara lain karakter konsep diri anak usia sekolah, karakteristik konsep diri remaja, yang harus diingat oleh guru adalah impilkasi konsep diri terhadap pendidikan yaitu dengan memberikan ruang yang sebesar besarnya kepada siswa untuk mengembangkan konsep dirinya serta mempu mendorong dan membantu siswa menemukan realitas konsep diri yang sebenarnya.
Bab  X membahas mengenai perkembangan kemandirian dan penyesuaian peserta didik. Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Pengembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan fisik yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang dapat memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu.
Secara spesifik, masalah kemandirian menutnut suatu kesiapan individu baik kesiapan fisik, maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa menggantungkan diri terhadap orang tua.
Kemandirian muncul dan berfungsi ketika peserta didik menemukan diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri. Menurut Steinberg (1993), kemandirian berbeda dengan tidak tergantung, karena tidak tergantung merupakan bagian dari kemandirian.
Bab  XI memuat Perkembangan Resiliensi peserta didik. Resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya untuk menghadapi dan mencegah, menimimalkan dan bahkan menghilangkan dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan. Paradigma resiliensi sendiri didasari pada pandngan kontempore yang muncul tentang bagaimana anak keluar dari kondisi stress, trauma dan resiko dalam kehidupan mereka.





Dalam pengembangannya terdapat beberapa tahap yang dilalui antara lain :
·         Increase bonding
·         Set clear and consisten boundaries
·         Teach life skils
·         Provide caring and support
·         Set and communicate high expectations
·         Provide opportunities for meaningful participation

Bab  XII membahas perkembangan hubungan interpersonal peserta didik yang diartikan sebagai hubungan antar pribadi. Peserta didik sebagai pribadi yang unik adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, peserta didik senantiasa melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Interaksi  sosial jadi factor utama dalam hubungan interpersonal antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi. Menurut Knapp (1984), interaksi sosial dapat menyebabkan seseorang menjadi dekat dan merasakan kebersamaan, namun sebaliknya dapat pula membuat orang menjadi jauh dan tersisih  dari suatu hubungan.
 Pada awalnya, peserta didik menjalin hubungan interpersonal dengan keluarganya, terutama dengan orang tuanya. Kemudian seiring dengan perkembangan lingkungan sosial meningkat menjadi interaksi yang lebih luas seperti sekolah dengan teman sebayanya.
Bab XIV memuat Perkembangan Moral dan Spritual. Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusanya dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan moral dapat dianalisa dengan berbagai teori psikoanalisa antara lain Teori Belajar Sosial, Teori Kognitif Piaget, dan  teori Kohlberg.
Perkembangan spiritual beperan dalam sebuah perkembangan peserta didik. Dalam psikologi kontemporer, psikologi humanistic dan psikologi trans personal mempunyai perhatian yang mendalam terhadap spiritualitas. Termasuk dimensi dimensi spiritualitas antara lain meaning, relationship, misteri, konsep tentang ketuhanan, pengalaman, perbuatan atau permainan dan integrasi. Dengan dimensi tersebut terdapat karakter perkembangan spiritualits. Ada teori perkembangan spiritual fowler, menjelaskan tentang perbedaan perkembangan spiritualitas anak usia sekolah dengan remaja dann implikasinya terhadap pendidikan.


Bab XV adalah problem stress dalam perkembangan peserta didik mencakup fenomena stress yang kerap melanda peserta didik diakibatkan tuntutan fisik, tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan interpersonal. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi stress pada peserta didik adalah dengan menciptakan  iklim sekolah yang kondusif, melaksanakan program pelatihan penanggulangan stress dan mengembang resiliensi peserta didik. Mengapa perlu, ini dikarenakan dampak yang ditimbulkan sangat besar antara lain terjadi penentangan terhadap guru, anak merasa cemas di sekolah, dan menggangu prestasi belajar siswa.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar